Minggu, 05 Juni 2011

One Vilage One Product: Upaya Mengembangkan Usaha Kecil

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan usaha kecil adalah melalui konsep One Vilage One Product (OVOP). Meski konsep ini bukanlah hal yang cukup baru namun cukup relevan di dalam pengembangan sektor usaha kecil. Dalam model OVOP paling tidak dalam satu wilayah tertentu (vilage) harus memiliki satu produk unggulan yang memiliki kompetensi di pasaran. Konsep one vilage tidak mutlak secara geografis berada dalam satu kampung tetapi lebih pada wilayah ekonomi yang memiliki potensi tertentu.

Jika dalam sebuah daerah memiliki produk unggulan maka dan didukung oleh pemerintah maka akan memiliki daya saing dan potensi untuk berkembang lebih baik. Usaha kecil yang menjadi tulang punggung pengembangan OVOP menjadi ikut berkembang. Selain itu OVOP akan membantu menggali dan mempromosikan produk inovatif dan kreatif lokal berdasarkan potensi sumberdaya yang ada, bersifat unik khas daerah, bernilai tambah tinggi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Jika di tiap wilayah sudah tercipta satu produk yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi, tinggal pihak pemerintah memberikan bantuan penyediaan pasar dan membantu dalam hal modal serta bantuan lain dalam masalah teknis dan manajemen. OVOP pada dasarnya merupakan pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah yang patut diseriusi untuk meningkatkan kesejahteraab bangsa.

Seleksi Program OVOP

Permodalan Nasional Madani menyeleksi 18 desa untuk dikembangkan menjadi program percontohan satu desa satu produk (one village one product/OVOP) yang akan diberi pelatihan dan pendampingan kewirausahaan pada tahun ini. Dirut PNM Parman Nataatmadja mengatakan untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro pihaknya mengembangkan program pelatihan dan pendampingan dengan pola OVOP yang tengah diseleksi sebanyak 18 desa di sejumlah kabupaten dan kota.

“Tahun ini, ditargetkan tiga desa dulu yang akan dikembangkan menjadi OVOP, dan masih dalam tahap seleksi dari 18 desa itu akan dilihat daerah mana yang memiliki potensi bisnis dan SDM paling baik untuk diberikan pelatihan dan pendampingan,” jelasnya kepada Bisnis pekan lalu.

Parman menuturkan untuk penyeleksian ditargetkan akan bisa diselesaikan selama triwulan pertama 2011 sehingga program pelatihan dan pendampingan bagi desa potensial bisa dimulai pada April yang akan berlangsung selama 6 bulan.
Program OVOP perlu dikembangkan untuk menambah kapasitas pelaku usaha mikro di daerah dengan menggenjot peningkatan kualitas produk unggulan yang bisa diproduksi oleh suatu desa.

“Program pendampingan dengan pola OVOP itu sudah dilaporkan dalam rencana kerja 2011 dengan target untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing usaha mikro di daerah agar bisnisnya bsia berkembang dan pada akhirnya bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak.”

Dia menambahkan program pelatihan dan pendampingan selama 6 bulan itu akan dilakukan secara menyeluruh mulai dari pendidikan kewirausahaan, proses produksi, manajemen keuangan, pegemasan produk, inovasi dan pemasarannya agar OVOP itu bisa menjadi permodelan termasuk pendampingan dan pengawasan.

Untuk itu, pengembangan program bagi usaha mikro sebaiknya tidak selalu diberikan dalam bentuk bantuan langsung atau subsidi karena program peningkatan kapasitas lebih diperlukan bagi pelaku usaha mikro untuk mendukung kegiatan bisnisnya agar bisa berkembang secara berkelanjutan.

“Jadi PNM berprinsip untuk mengembangkan usaha mikro itu bukan hanya pemberian fasilitas pembiayaan, tapi harus dibarengi dengan pendampingan usaha agar bisnisnya bisa berkembang dan meningkatkan kapasitas. Implikasinya juga akan baik di mana tingkat gagal bayar sangat kecil.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar