Sabtu, 28 Mei 2011

Inspirasi dari Walikota Solo Joko Widodo

Small is beautiful...

Sepertinya itulah yang ada di benak Walikota Solo Joko Widodo. Baginya sesuatu yang kecil bisa memberikan kontribusi besar. Karena yang kecil-kecil itu lama-lama bisa menjadi besar.

"Saya pro investasi kecil. Karena lama-lama yang kecil-kecil itu bisa jadi besar," cetus Joko yang meraih penghargaan Bung Hatta Anticorruption Award (BHAA) 2010.

Hal itu disampaikan pria yang akrab disapa Jokowi ini sebelum pemberian BHAA di Gedung Graha Niaga, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (28/10/2010).

Bagi dia, menggarap pedagang-pedagang kecil di kota Solo jauh lebih menarik daripada sibuk menarik investor besar. Sebab pedagang kaki lima di Solo itu jumlahnya banyak, sehingga bila ditangani serius mampu menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup signifikan.

Daripada pasar swalayan yang besar dan terkesan modern, Jokowi pun lebih menyukai pasar tradisional. Karenanya dia bertanya-tanya mengapa selama 40 tahun hidup di Solo tidak banyak dilakukan penambahan pasar tradisional.

"Kalau yang mart-mart itu tidak menolong yang kecil. Investor itu tidak selalu asing. Karena kalau kecil dikelola dengan baik bisa mendatangkan yang besar. Ratusan ribu rupiah tidak apa-apa, tidak harus miliar," lanjut jebolan Fakultas Kehutanan UGM ini.

Joko Widodo lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961. Pada 1985 dia menyelesaikan pendidikan sarjananya. Sebelumnya, dia menjalani pekerjaan sebagai pengusaha mebel rumah dan taman. Dia menjadi walikota Solo melalui kendaraan politik PDI Perjuangan. Untuk mengisi waktu luangnya, Jokowi lebih suka tidur.

"Kalau nggak ngapa-ngapain ya tidur. Jalan-jalan sih enggak," ucap dia sambil tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar